Senin, 25 November 2013

keajaiban ALLAH pasca tsunami


26 Desember 2004, di pagi hari yg tenang jutaan manusia di benua Asia dikejutkan oleh adanya gempa bumi yg disusul dg naiknya jutaan liter air laut ke daratan. Ratusan ribu nyawa melayang, jutaan rumah tersapu & jutaan hektar tanah luluh lantak oleh bencana alam yg oleh para ahli dinyatakan sebagai gempa terbesar selama 100 tahun terakhir.

Duka pun berkumandang ke seluruh dunia, tak hanya dirasakan oleh 12 negara Asia Tenggara & Asia Selatan yg menjadi korban dalam amuk alam ini. Bagi sebagian besar umat manusia, musibah ini diartikan sebagai tanda kebesaran Tuhan, sehingga mereka pun tak kuasa menggugat apalagi mempertanyakan.

Namun bagi sebagian kecil orang, musibah ini disikapi dg kecurigaan. Mereka beranggapan bahwa tsunami yg telah menelan 165 ribu korban jiwa itu adalah 'buah karya' AS. Pertanyaan yg muncul kemudian adalah sedemikian hebatkah negara paman Sam hingga mampu menciptakan 'kiamat' kecil ini. Benarkan New York merupakan pemrakarsa bencana 26 Desember?

Kejanggalan
Dg kekalahan Afganistan & Irak, para bankir Wall Street susah payah mencari cara lain untuk mengendalikan dunia. Pada saat itulah tiba-tiba Palung Sumatra 'meledak'. Aneh bukan?

Selain dikejutkan oleh banyaknya korban yg berjatuhan & besarnya kerugian akibat munculnya gelombang pasang raksasa ini (konon ketinggian air saat kejadian mencapai 7 meter), beberapa pihak juga mempertanyakan sejumlah kejanggalan dalam cerita resmi tsunami versi Amerika. Mereka meyakinkan bahwa kejanggalan ini harus diperhatikan sebelum akhirnya lenyap ditelan waktu.

Dahsyatnya gempuran tsunami itu tak hanya dirasakan di Asia Selatan & Asia Tenggara, namun juga terasa hingga ke Benua Afrika. Tak pelak puluhan nyawa pun terenggut tangan malaikat maut. Pada tataran ini, naif rasanya jika kita tetap menuduh bahwa AS adalah biang kerok dibalik bencana ini.

Fakta
Namun cobalah perhatikan fakta-fakta berikut. Pertama mengenai letak epicentrum (pusat gempa pada permukaan bumi). Australia merekam magnitudo & posisi epicentrum sesuai dg yg ditentukan oleh kantor Geofisik Jakarta yaitu gempa berukuran 6,4 pada skala Richter menimpa utara pulau Sumatra. Titik gempa berada di 155 mil selatan-tenggara provinsi Aceh.

Lokasi ini berbeda 250 mil dari posisi yg ditentukan oleh NOAA Amerika, yg menyatakan bahwa epicentrum berada di barat daya Aceh. Mereka juga mengatakan bahwa kekuatan gempa adalah 8,0 skala Richter, & kemudian terus memperbaiki laporan dg meningkatkan skala richter yg ada menjadi 8,5 lalu 8,9 sampai akhirnya 9,0.

Maka, keanehan pertama adalah informasi oleh NOAA, Amerika, yg tiba-tiba menemukan puncak gelombang kejut yg "fleksibel", yg bahkan jauh lebih besar dari yg dirasakan oleh Jakarta, padahal Jakarta terletak jauh lebih dekat ke titik pusat gempa dibandingkan AS.

Tidak pernah ada yg namanya pusat gempa "fleksibel", pada umumnya hanya akan ada satu titik gempa saja, itupun akan tercatat oleh lusinan seismograf di Indonesia & India. Selain perbedaan yg begitu jauh dalam nilai skala Richter, Indonesia & India juga merasakan keanehan akan tidak adanya gempa 'peringatan' dari seismograf mereka.

Hal ini berarti bahwa gelombang kejut normal yg selalu mendahului gempa tidak ada. NOAA menyatakan menerima 'peringatan' mengenai adanya gempa susulan, tetapi sama sekali tidak terjadi. Secara sederhana, gempa selalu dipicu oleh frekuensi elektromagnetik pada 0,5 atau 12 Hertz, & bukan merupakan proses yg terjadi mendadak.

Maka ketika resonansi karena frekuensi ini terjadi, pusat gempa akan mulai bergetar, & mengirimkan peringatan adanya gempa kepada semua seismograf dalam bentuk gelombang transversal (tegak). Jika gelombang yg diterima oleh seismograf adalah gelombang P, maka yg dihadapi adalah gelombang akibat gempa bawah tanah atau bawah laut.

Nyatanya gelombang inilah yg diterima oleh Indonesia & India. Gelombang ini secara mengejutkan sangat mirip dg gelombang yg dihasilkan beberapa tahun lalu oleh senjata nuklir skala besar dibawah tanah di Nevada. India segera 'sadar' bahwa gempa ini bukanlah gempa "normal."

Sehari setelah bencana, Senin 27 Desember 2004 mereka memutuskan untuk tidak bergabung dalam rencara ekslusif Bush 'kelompok empat'. yg akan menarik semua kekuatan Nuklir Asia dari koalisi baru dg Rusia, Cina, & Brazil. Lalu keesokan harinya pemerintah India dg sopan meminta agar militer Amerika menjauhi wilayah kekuasaan India.

Barulah pada 29 Desember 2004, India Daily Editorial memberikan pertanyaan terbuka mengenai kejadian itu, "Apakah ini pameran kekuatan suatu negara untuk menujukkan kepada suatu daerah, mengenai bencana yg mampu dibuat oleh negara itu?" Karena itulah, Angkatan Laut India merasa perlu untuk mengungkapkan temuan mereka.

Kita akan kembali mengenai penjelasan cara mengirimkan bom nuklir berkekuatan dahsyat ke dasar Palung Sumatra, & kemudian meledakkannya. Kita akan melihat suatu pulau di Australia, yg dikuasai oleh salah seorang tokoh Wall Street. Langkah ini sangat penting kita amati, karena hal ini akan menenentukan langkah Australia selanjutnya.

Pada 27 Desember pagi, media Australia (yg dimiliki oleh New York) menyatakan bahwa negara yg tertimpa bencana terbesar adalah Sri Langka, yg juga adalah anggota persemakmuran Inggris, seperti Australia juga. Tim Costello, kepala yayasan dana amal terbesar di Australia, segera mempersiapkan untuk menuju daerah bencana sambil mengumpulkan bantuan.

Sedangkan Little Johny (orang kuat Wall Street) melakukan tindakan berbeda, yg nampaknya diberitahukan kepadanya melalui hubungan telepon pribadi. Dg cara yg sangat rahasia, Little Johny mengirimkan dua Hercules RAAF yg dipenuhi dg suplai ke Malaysia, dalam posisi "Stand by" & mengarahka dua pesawat lainnya ke Darwin, utara Australia.

Yg perlu diperhatikan adalah bahwa jika benar Little Johnny memiliki rasa kemanusiaan, maka ia akan segera mengirim keempat pesawat itu ke Sri Langka, tetapi nyatanya tidak. Hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya Little Johnny menunggu perintah dari New York.

Tak lama kemudian setelah pesawat pengintai menyatakan bahwa landasan di Medan aman, maka keempat pesawat Hercules lengkap dg pasukan, senapan, & perlengkapan lain segera 'menyerbu 'Aceh. besar kemungkinan dg penduduk yg tinggal 10%, Aceh akan segera berubah menjadi Teluk Guantanamo baru, dg ratusan pasukan Amerika & Australia yg bersenjata.

Perlu diingat bahwa ketika keempat pesawat itu mendarat di Medan, publik Australia belum banyak yg menyadari apa yg terjadi. Maka terlihat bahwa Johnny sedang membantu para atasannya untuk mempersiapkan Asia menjadi basis baru, setelah rencana terhadap Iraq gagal total.

Yg penting adalah mereka berhasil membunuh sekian banyak Muslim di Aceh, sebagai atas balas dendam atas kekalahan mereka di Iraq & Afghanistan. Tidak perlu diragukan lagi bahwa Australia hanyalah 'pasukan' awal, yg akan segera diikuti oleh militer AS yg lebih siap & lebih bagus perlengkapannya.

Dalam sekejab, Pentagon mengirimkan dua kelompok tempur untuk segera berlayar hanya dg modal pemberitahuan mendadak dari Hong Kong & Guam, padahal biasanya hari seperti itu masih kacau karena libur Natal & Tahun baru. Sepertinya pasukan ini memang sudah disiagakan sejak awal.

Dari Hong Kong, bertolaklah sang kapal tempur nuklir 'USS Abraham Lincoln'. Tak mau ketinggalan, 'USS Bonhomme Richard', kapal angkut tempur amfibi penuh dg marinir yg dikenal dg nama "Expeditionary Strike Group 5" segera angkat sauh dari Guam.
Kapal USS Bonhomme Richard, ditemani oleh USS duluth (kapal pendarat amfibi), USS Rushmore (kapal pendarat & penjelajah dg misil), USS Bunker Hill (kapal penghancur dg misil), USS Milius & kapal frigat USS Thach pun diberangkatkan. Urusan bawah air ditangani oleh kapal selam pemburu nuklir USS Pasadena & kapal pemotong berkekuatan tinggi Munro milik Penjaga Pantai AS turut serta.

Maka sekarang jelas bukan bahwa "Strike Group 5" membawa nuklir yg cukup untuk menghancurkan setengah dunia ini. Kejadian paling mencengangkan terjadi ketika pasukan ini memasuki Samudra Indonesia. USS Abraham Lincoln yg awalnya biasanya membawa 500 marinir, tiba-tiba membawa 2000 marinir.

Dan ketika mereka berpisah jalan ke Sri Langka, para marinir memindahkan kapal transport mereka ke USS Duluth, sehingga tanpa diketahui masyarakat Indonesia, USS Abraham Lincoln telah diigunakan untuk menyaring sedikitnya 3500 Marinir AS dg senjata lengkap untuk memasuki wilayah Aceh.

Hal lain adalah ketika seorang juru kamera Australia merekam gambar seorang Marinir AS yg sedang mengais senjata yg tersisa dari markas militer Indonesia yg turut hancur dalam amuk bah itu. Bukankah seharusnya tugas ini dilakukan oleh ABRI sendiri, bukan oleh Marinir AS.

Didalam air yg begitu dalam, tekanan terhadap bom akan meningkat jauh kira-kira 10.000 psi terhadap permukaan bom. Dan perlu diingat juga, bahwa dinding palung menyempit, sehingga bom akan terjepit, & dg tekanan yg cukup kuat dari tekanan air & ledakan bom, maka lempeng tektonik akan sangat mungkin bergerak mendadak.
Dalam kasus ini, tidak diperlukan gerakan lempeng tektonik besar-besaran, & ilmu alam menyebutkan bahwa jika ledakan ini dapat menyebabkan efek itu, maka, beberapa guncangan gempa susulan yg timbul akan dapat terjadi, seperti pada gempa umumnya. Tetapi seperti yg telah dibahas, tidak ada gempa susulan sama sekali yg dapat dikaitkan dg gempa di Aceh ini.

Untuk memaksakan agar Asia 'menyerah' & supaya dapat mengamankan kontrak besar dalam usaha pembangunan ulang Aceh, yg paling mudah dilakukan adalah membuat tsunami dg target negara tertentu. Cara ini, pernah dirancang baik oleh Rusia & Amerika untuk saling merebut kekuasaan di kota pesisir mereka.
Cara ini cukup efektif & bersih, sehingga penyerang dapat segera mengambil alih tanah & bangungan yg tersisa dalam waktu singkat. Jika semua sesuai rencana, maka Indonesia, Sri Langka & India harus berhutang sekali lagi kepada IMF & Bank Dunia, untuk 30 tahun lagi. Waktu yg cukup untuk menunggu harga minyak turun setelah kegagalan besar-besaran di Irak.

India memiliki pangkalan udara militer yg menampung 30 pesawat Sukhoi, yg mampu menembakkan misil penghancur kapal di daerah pulau Car Nicobar, pertahanan udara pertama didaerah Teluk Bengal. Selain itu juga memiliki reaktor nuklir di Chennai, Tamil Nadu, daerah paling selatan di India.

Kedua tempat ini terancam hancur oleh 'sisa' tsunami yg melanda Indonesia. Cukup beruntung bahwa ke-30 Sukhoi ini selamat, & pangkalan udara India itu hanya kehilangan landas pacu saja. Dan Reaktor nuklir yg seharusnya akan segera menjadi Chernobyl kedua jika dilanda gempa sebesar 0,2 skala Richter selamat, dg kerusakan hanya dialami oleh pipa air pendingin saja.

Dari semua fakta di atas, sebagian kecil orang yakin bahwa memang New York adalah 'dalang' bencana tersebut. Namun semuanya kembali pada anda & keyakinan yg anda miliki. Akankah bencana tsunami 2004 anda yakini sebagai bencana alam ataukah bencana buatan ... its up to

tsunami

Kamis, 14 November 2013